Beranda Publikasi Kegiatan

Komunikasi Sosial pada Industri Pertambangan

1960

Industri pertambangan pada prinsipnya sangat membutuhkan strategi komunikasi sosial yang efektif. Keharusan komunikasi sosial yang tepat sasaran pada industri pertambangan menjadi hal utama mengingat kegiatan tata kelola pertambangan seringkali menimbulkan konflik sosial kompleks. Untuk mencegah terjadinya kompleksitas masalah yang ditimbulkan dari kegiatan usaha di sektor sumber daya alam ekstraktif diperlukan beberapa pendekatan. Beberapa pendekatan tersebut ialah pendekatan komunikasi dengan berdasar perspektif dominan, model komunikasi berdasarkan fakta, mendeskripsikan manfaat dan kontribusi dari kegiatan industri pertambangan serta model komunikasi yang berimbang.

Hal itu terungkap dalam diskusi interaktif virtual yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (PUSHEP) dengan topik “Komunikasi Sosial pada Industri Pertambangan” di Jakarta, 23/07/2020. Pada kesempatan tersebut, PUSHEP menghadirkan pembicara berpengalaman pada bidang komunikasi sosial dari Karya Cita Konsultindo, Happy Azmi, S.Sos.

Happy Azmi menyampaikan bahwa pandangan negatif sangat dominan yang timbul dari kegiatan tata usaha pertambangan disebabkan karena ketiadaan strategi dan manajemen komunikasi sosial dari perusahaan. Sebagaimana yang telah diutarakan sebelumnya, untuk mengubah persepsi negatif tersebut diperlukan adanya konsultan komunikasi sosial yang mampu mengejawantahkan kegiatan dan program perusahaan kepada masyarakat di sekitar area kegiatan pertambangan berlangsung.

Lebih lanjut dikatakan bahwa agar terjalin komunikasi yang baik dan industri pertambangan bisa tetap berjalan lancar, diperlukan adanya strategi komunikasi yang efektif dapat diterapkan dalam melaksanakan program perusahaan seperti program pemberdayaan dan pengembangan kapasitas masyarakat di sekitar lokasi pertambangan. Dalam industri pertambangan, sasaran utama pentingnya manajemen komunikasi ialah untuk mengantisipasi dampak luas dari terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan Kesehatan dan konflik sosial yang relatif sulit dihindari. Sebab hal itu merupakan isu dominan yang pasti muncul.

Isu soal kerusakan lingkungan dalam industri pertambangan adalah isu teratas yang paling dominan. Ancaman bahaya lingkungan terjadi terhadap pemukiman dan lahan kerja warga, baik persawahan, perkebunan maupun laut tidak dapat dihindari. Isu selanjutnya ialah terkait dengan gangguan kesehatan akibat limbah pertambangan seperti imbas pertambangan emas yang banyak menggunakan merkuri. Efek dari limbah tersebut diantaranya dapat memicu kelainan syaraf dan keguguran. Isu yang tak kalah penting yang perlu mendapatkan perhatian utama ialah terkait dengan konflik sosial. Konflik sosial bisa terjadi akibat adanya rebutan lahan tambang maupun karena warga setempat tidak mendapat pekerjaan (efek domino) di sekitar wilayah kegiatan pertambangan.

Pentingnya komunikasi sosial merupakan upaya “penyeimbang” yang – sudah seharusnya – dilaksanakan oleh perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya (corporate social responsibility). Efektivitas dari corporate social responsibility membutuhkan pola komunikasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder enggagement). Proses dimana suatu organisasi melibatkan orang-orang (tokoh masyarakat) yang dapat memberikan pertimbangan dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan suatu perusahaan pertambangan.

Menurut Happy Azmi, agar dominasi isu negatif dari kegiatan pertambangan tidak menjadi arus utama dan lebih berimbang, maka pelaku usaha sektor pertambangan harus melakukan banyak kegiatan yang melibatkan partisipasi stakeholder dan banyak pihak. Selain itu, strategi komunikasi sosial berfungsi agar manfaat dan kontribusi dari kegiatan pertambangan diketahui secara gamblang dan tanpa persepsi negatif.

Manfaat dan kontribusi industri pertambangan yang secara nyata harus diketahui oleh publik tanpa tendensi negatif antara lain: membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan, memajukan bidang transportasi sekitar lokasi pertambangan, menambah pendapatan daerah dan negara.

Dalam sesi tanya jawab, seorang penanya menanyakan soal strategi komunikasi sosial yang tepat dan baik yang harus dilakukan perusahaan kepada masyarakat sekitar area pertambangan. Menurut Happy Azmi, strategi komunikasi yang harus dibangun perusahaan adalah melakukan komunikasi secara intensif dan berkelanjutan dengan melibatkan tokoh masyarakat. Komunikasi yang dibangun juga harus berorientasi pada program pemberdayaan masyarakat.

Sementara itu, seorang penanya lain bertanya terkait dengan strategi komunikasi yang efektif dalam penyelesaian konflik di lingkungan pertambangan. Menurut Happy Azmi, salah satu problem utama dalam kegiatan usaha pertambangan ialah seringkali terjadi konflik sosial di sekitar wilayah pertambangan yang melibatkan masyarakat dengan perusahaan dan pemerintah setempat. Oleh karena itu, menurut Happy Azmi, strategi komunikasi sosial yang harus dibangun oleh perusahaan adalah membuat sistem manajemen komunikasi – sejak awal dilakukan kegiatan pertambangan di suatu wilayah secara berkelanjutan – yang melibatkan tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat dengan pendekatan terkini agar mudah dipahami oleh masyarakat.